Friday, August 10, 2012

Senyum Anak-Anak Ciroyom :-)


Sebagai seorang manusia, kita dituntut untuk berilmu karena dengan berilmu kita akan mendapatkan banyak faedah. Di dalam firman-Nya, Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Bahkan, menuntut ilmu merupakan salah satu jalan kemudahan menuju syurga-Nya kelak.
"Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga."(HR Muslim)

Sebenarnya bagaimana hukum menuntut ilmu bagi seorang muslim??
Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:

Pertama, hukumnya WAJIB, seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.

Kedua, hukumnya FARDHU KIFAYAH, seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya. Menuntut ilmu tentang keilmuan khusus tertentu yang berkaitan dengan kemaslahatan umat hukumnya juga fardhu kifayah. Misalkan belajar ilmu astronomi, fisika, manajemen, planologi, perminyakan, pertambangan, dan sebagainya.

Jadi, selama masih diberi kesempatan, kita harus bisa menuntut ilmu apapun dan mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pentingnya menuntut ilmu juga sangat disadari oleh anak-anak luar biasa yang berada di kawasan Pasar Ciroyom Bandung. Saya katakan mereka sangat luar biasa karena mampu bertahan dalam kehidupan jalanan yang keras. Ya, mereka adalah komunitas "anak-anak jalanan" yang sangat luar biasa. Dengan dibantu oleh kakak-kakak relawan yang juga luar biasa, mereka rutin belajar bersama di Rumah Belajar Sahaja yang diasuh oleh beberapa mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Bandung. Sebagian besar dari anak-anak jalanan di sana sudah putus sekolah karena permasalahan ekonomi. Padahal, sebagian besar dari mereka masih berusia setingkat anak SMP dan SD. Namun, mereka harus melepas "hak" mereka untuk belajar di sekolah formal agar bisa bertahan dalam ganasnya hidup dengan mengamen atau berdagang asongan. Mereka pun rela tidur berdesakan dengan kawan-kawannya di sebuah "gubuk mungil" yang ada di samping pasar Ciroyom yang kumuh. Namun, semangat mereka untuk menatap hidup yang lebih cerah masih tersirat dengan indah di wajah-wajah lugu mereka. Setiap hari Sabtu dan Minggu sore, mereka belajar bersama di atap gedung pasar yang sudah tidak terpakai dengan ditemani kakak-kakak Rubel Sahaja.

Pada saat beberapa minggu yang lalu saya berkunjung ke sana (atap gedung pasar) tampak terlihat Kak Dila (pengasuh, mahasiswa Matematika ITB) dkk sedang mengajari anak-anak Rubel Sahaja ilmu bisnis. Rupanya, mereka akan berjualan makanan untuk berbuka puasa di sekitar pasar, alun-alun kota, dan di dalam kereta. Dengan sangat sabar Kak Dila menjelaskan teknik berjualan yang baik agar dagangan cepat laku. Anak-anak yang laki-laki pun siap untuk berjualan makanan berbuka puasa dengan cara yang baik, sedangkan yang perempuan terlihat lihai membuat laporan keuangan yang digunakan untuk mencatat segala pemasukan dari hasil berjualan. Antusiasme anak-anak sungguh luar biasa ketika mereka menyiapkan makanan yang telah dipesan sebelumnya oleh Kak Dila dkk. Ada yang berlomba menghias kardus dagangan, belajar berteriak saat jualan,  ada juga yang sekadar mengobrol.

Setelah makanan yang akan dijual siap semua, Kak Dila dengan mengendarai mobil mengantar anak-anak yang sudah siap dengan jualannya ke spot-spot yang telah ditentukan untuk berjualan. Sungguh ceria anak-anak itu :) Rasa salut saya tujukan untuk Kak Dila dkk.

Saya bersyukur bisa bertemu dan mengobrol dengan anak-anak luar biasa tersebut. Mereka yang masih kecil, lugu, dan polos masih bersemangat untuk menuntut ilmu dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Senyum mereka sungguh membuatku terpaku, terpukau, dan terharu, seolah mereka memberikan pesan bahwa MEREKA ITU ADA.

Yang cukup menarik adalah perkataan dari seorang anak yang bernama Ridwan :
"Biarkan orang lain mengatakan kami ini sampah masyarakat, tapi kami tak peduli. Yang menjadi sampah masyarakat bukanlah kami, tapi MEREKA PARA KORUPTOR yang telah merenggut hak-hak kami."

Perkataan Dek Ridwan benar, kalian adalah para pejuang yang luar biasa.
Moga kalian bisa mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk menuntut ilmu.

Doakan kakak-kakak yang berkesempatan untuk belajar di sekolah formal bisa menggunakan ilmunya dengan bijaksana dan tidak menjadi sampah masyarakat yang serakah memakan uang negara dan tidak peduli dengan anak-anak seperti kalian.

Yang mau berjumpa dengan anak-anak luar biasa tersebut dapat menuju ke atap gedung pasar Ciroyom yang sudah tidak terpakai, setiap hari Sabtu-Minggu sore.

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad :22-23).


1 comment: