Monday, February 11, 2013

Karena Kita Adalah Pemuda




1.      Pemuda Pengguncang Dunia

Proklamator Republik Indonesia, Ir. Soekarno, pernah berkata bahwa jika diberikan seribu orang tua, dia akan mampu mencabut Semeru. Namun, jika diberikan sepuluh pemuda, niscaya dia akan mengguncangkan dunia. Pernyataan Ir. Soekarno tersebut menunjukkan betapa istimewanya pemuda bagi bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda merupakan sosok yang sangat penting dan berpengaruh terhadap keberadaan suatu bangsa Sebagai contoh, Muhammad Al Fatih berhasil memimpin pasukannya dan menaklukkan Konstatinopel ketika masih disebut sebagai pemuda. Bangsa Indonesia pun bisa mendapatkan kemerdekaan karena peran pemuda yang bersatu dalam naungan Sumpah Pemuda. Keberhasilan-keberhasilan yang ditunjukkan oleh pemuda dalam sejarah menyisakan pertanyaan penting tentang pemuda. Apa sebenarnya yang ada pada diri pemuda, sehingga mereka benar-benar berpengaruh terhadap nasib bangsa dan negaranya? Imam Syahid Hasan Al Bana telah menjelaskan rahasia-rahasia tentang pemuda. Beliau berkata, “Iman yang kuat, keikhlasan yang penuh, semangat yang membara, dan amal yang mantap merupakan karakteristik utama yang dimiliki pemuda.” Pemuda memang sosok yang masih memiliki semangat untuk bertindak dan bergerak. Tentu akan menjadi sangat luar biasa jika semangat yang ada dalam diri pemuda digunakan untuk gerakan positif bagi bangsa dan negaranya.

2.       Pemuda Idaman Al Quran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemuda adalah orang yang masih berusia muda yang menjadi harapan suatu bangsa.”Pemuda adalah masa antara anak-anak dengan dewasa yang memiliki semangat dan kesegaran” (Princeton,2008:20). Banyak sekali definisi lain tentang pemuda yang disampaikan oleh para pakar sosiologi dan psikologi dunia. Sebagian besar definisi tentang pemuda menjelaskan bahwa pemuda merupakan suatu masa yang penuh dengan semangat, rasa ingin tahu yang besar, serta keberanian yang memuncak.

Melalui kisah yang sangat indah, Al Quran telah mendefinisakan secara jelas tentang pemuda. Banyak ayat di dalam Al Quran yang menuliskan kisah pemuda. Ada tiga contoh kisah tentang pemuda yang dituliskan dengan kemasan yang menarik di dalam AlQuran, yaitu dalam QS. Al Anbiya ayat 59-60, QS. Al Kahfi ayat 13-14, dan QS.Al Kahfi ayat 60.

QS. Al Anbiya ayat 59-60 berbunyi berikut :
Mereka berkata,” Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang zalim.” Mereka (yang lain) berkata,” Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.”

Ayat ini menjelaskan keberanian seorang pemuda bernama Ibrahim dalam menghancurkan berhala-berhala yang memang tidak patut disembah. Padahal, pada saat itu, sebagian besar masyarakat masih menyembah berhala sebagai tuhan-tuhan mereka. Budaya ini bahkan sudah berlangsung sangat lama dan susah ditinggalkan oleh masyarakat pada saat itu. Namun, Ibrahim tidak gentar untuk menghancurkan sesembahan-sesembahan itu.

Kisah ini menunjukkan bahwa pemuda yang dicontohkan oleh Ibrahim adalah sosok yang berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap sistem yang tidak baik. Pemuda adalah manusia penuh energi yang seharusnya menjadi penggerak perubahan bangsa dan negara yang lebih sehat, baik jiwa maupun raganya.


QS Al Kahfi ayat 13-14 berbunyi berikut :
“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka. Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri, lalu mereka berkata,” Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”

Kisah ini menunjukkan bahwa pemuda yang didambakan oleh Al Quran adalah mereka yang memiliki standar moralitas (keimanan) yang baik, berwawasan luas, dan teguh pendirian. Pemuda yang memiliki keimanan yang baik mengetahui dan mampu membedakan hal yang baik dan buruk, sehingga mereka mampu bertindak sesuai peran mereka sebagai pemuda. Pemuda yang berwawasan luas mampu bertindak positif dengan mempertimbangkan banyak hal sesuai dengan wawasan yang dimilikinya. Pemuda yang teguh pendirian mampu menjaga hatinya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif walaupun mereka hidup di lingkungan yang penuh dengan pengaruh yang tidak baik.

QS. Al Kahfi ayat 60 berbunyi berikut :
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” 

Kisah Nabi Musa ini menggambarkan bahwa pemuda adalah sosok yang seharusnya tidak mudah putus asa dan selalu berjuang keras guna mendapatkan cita-citanya. Pemuda dengan semangat yang membara bukanlah mereka yang langsung duduk tersungkur ketika riak danau menyentuh kakinya. Mereka adalah pemuda yang tetap berdiri tegak walaupun gelombang samudera memecah kepalanya. Hal ini karena di pundak pemuda ada amanah yang besar untuk menggerakkan bangsa dan negaranya. Pemuda yang cengeng dan mudah putus asa sangat tidak cocok hidup di dalam negara yang sedang sakit seperti Indonesia.

Kisah-kisah tentang pemuda yang ada di dalam Al Quran telah menjelaskan secara nyata bahwa pemuda yang didambakan oleh Al Quran adalah mereka yang berani berpikir dan bertindak revolusioner, memiliki standar moralitas (keimanan) yang baik, berwawasan luas, teguh pendiriannya, serta tidak mudah putus asa. Pemuda seperti inilah yang juga dibutuhkan oleh bangsa dan negara Indonesia.

Thursday, February 7, 2013

Sembilan Permasalahan Pokok Pengembangan Panas Bumi di Indonesia



Sembilan Permasalahan Pokok
Pengembangan Panas Bumi di Indonesia
Muhamad Taufiq Hidayat, student of Petroleum Engineering, Institute of Technology Bandung (ITB)
taufiq.hidayat@students.itb.ac.id

Dalam Kongres Panas Bumi Dunia yang dilaksanakan pada tanggal 25-30 April 2010 di Bali yang terkenal dengan sebutan World Geothermal Congress-WGC2010 telah dihasilkan beberapa komentar berkaitan dengan usaha perbaikan kebijakan pengembangan panas bumi di Indonesia. Sebenarnya, ada banyak permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kebijakan pemanfaatan panas bumi, khusunya di Indonesia. Secara umum, ada sembilan masalah pokok pengembangan panas bumi di Indonesia.


Pertama, proses pengembangan panas bumi memiliki resiko sumber daya atau biasa disebut resource risk yang cukup tinggi. Artinya, jumlah cadangan yang sudah diprediksikan belum tentu sesuai dengan yang diharapkan. Sementara itu, informasi tentang kondisi bawah permukaan maupun informasi cadangan panas bumi masih sangat minim, sehingga dinilai kurang mampu untuk mengurangi resiko tersebut.

Kedua, biaya operasi di bagian hulu sangat besar, sehingga memerlukan investor dengan jumlah modal yang besar. Biaya terbesar dalam pengelolaan lapangan panas bumi adalah untuk eksplorasi dan pengeboran panas bumi. Hal ini karena pada umumnya lapangan panas bumi memiliki temperatur yang cukup tinggi (berkisar 2000C atau lebih), sehingga memerlukan peralatan eksplorasi dan pemboran khusus yang harganya cukup mahal.

Ketiga, mekanisme tender pada proses pelelangan pengelolaan lapangan panas bumi masih kurang jelas. Kebijakan yang berlaku saat ini menyatakan bahwa hasil tender tidak otomatis merupakan harga dalam PPA (Power Purchase Agreement). Artinya, walaupun proses tender sudah dilakukan, harga yang diterima panitia lelang belum secara otomatis merupakan harga jual listrik kepada PLN sebagai pembeli sumber daya listrik. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakpastian hukum.

Keempat, sebagian besar pemenang tender pengelolaan lapangan panas bumi merupakan perusahaan yang tidak memiliki kompetensi dalam pengolahan panas bumi, sehingga pengelolaannya menjadi terhambat. Hal ini diperparah dengan kebijakan bahwa yang bisa memenangkan tender adalah yang bisa menawarkan harga listrik terendah, bukan yang memiliki kompetensi terbaik. Akibatnya, pengelolaan lapangan panas bumi tidak dilakukan secara optimal.

Kelima, sumber daya manusia daerah yang ahli dalam pengelolaan lapangan panas bumi jumlahnya masih sangat sedikit. Padahal, berdasarkan UU No.27 tahun 2003, pemerintah daerah dituntut untuk mengawasi operasi pengelolaan lapangan panas bumi di daerahnya. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah daerah yang wilayahnya memiliki potensi panas bumi memberikan perhatian khusus kepada putra daerahnya agar dapat mengemban ilmu di bidang panas bumi, misalnya di Program Studi S1 Teknik Perminyakan maupun S2 Teknik Panas Bumi di Institut Teknologi Bandung.

Keenam, dalam skala pengelolaan panas bumi tingkat nasional, jumlah ahli panas bumi jumlahnya masih sangat sedikit. Seyogyanya pemerintah pusat dapat mendorong anak bangsa Indonesia untuk menimba ilmu panas bumi baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan demikian, pengelolaan panas bumi dapat dilakukan secara mandiri oleh bangsa Indonesia tanpa harus bergantung pada ahli-ahli dari negara lain.

Ketujuh, terjadi ketidakseimbangan dalam kebijakan tender. Perusahaan-perusahaan asing menilai perlu adanya playing field yang berkeadilan, artinya perusahaan nasional atau BUMN tidak diperkenankan ikut serta dalam kompetisi tender. Hal ini karena BUMN seperti Pertamina memiliki hak istimewa dalam memperoleh dana pinjaman, sehingga lebih besar peluangnya untuk memenangkan tender. Menurut saya , keikutsertaan BUMN dalam tender lapangan panas bumi bukanlah suatu permasalahan, justru ini merupakan suatu keharusan yang harus dipatuhi. Sebagai tuan rumah yang memiliki sumber panas bumi, BUMN di Indonesia sudah seyogyanya mendapatkan hak istimewa.

Kedelapan, masih terdapat permasalahan dalam pengembangan panas bumi di kawasan hutan suaka alam maupun hutan konservasi. Sumber-sumber panas bumi yang berada di kawasan tersebut sampai saat ini dilarang untuk dikembangkan. Faktanya, sekitar 30 persen potensi panas bumi di Indonesia berada di kawasan hutan suaka alam dan hutan konservasi. Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) seharusnya membenahi kebijakan pelarangan ini karena pengembangan panas bumi tidak bersifat merusak lahan.

Kesembilan, kebijakan pengeluaran Izin Usaha Pengusahaan (IUP) panas bumi sangat lama. Jika dihitung dari proses tender, IUP di daerah pada umumnya keluar setelah jangka waktu dua tahun. Akibatnya, pengelolaan lapangan menjadi sangat lambat.

Sembilan masalah pokok dalam pengembangan panas bumi di Indonesia tersebut seharusnya dapat diatasi oleh pemerintah mengingat Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia, yaitu sekitar 29 GWe. Jika permasalahan tersebut dapat diatasi dengan sempurna, tentu iklim investasi panas bumi di Indonesia dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, segala potensi panas bumi yang ada di dalam perut Indonesia dapat dikelola dengan baik.

Daftar Pustaka :
DiPippo, Ronald. 2005. Geothermal Power Plants : Principles, Applications, Case Studies, and Environmental Impact. Dartmouth : BH
Poernomo, Abadi. 2010. Membangun Ketahanan Energi “Sumbangan Pemikiran Alumni ITB untuk Bangsa” : Optimalisasi Energi Geothermal. Jakarta : Pengurus Pusat IA ITB.
Sukhyar, R. 2010. Membangun Ketahanan Energi “Sumbangan Pemikiran Alumni ITB untuk Bangsa” : Penataan Kebijakan Pengembangan Panas Bumi. Jakarta : Pengurus Pusat IA ITB.
Unjianto, Bambang. 2012. 40 Persen Panas Bumi Ada di Indonesia. Yogyakarta : Suaramerdeka.com.

Sunday, December 9, 2012

Keutamaan Menyantuni Anak-Anak Yatim

Anak yatim adalah anak yang ditinggalkan mati ayahnya selagi ia belum mencapai umur baligh. Dalam Islam, anak yatim memiliki kedudukan tersendiri. Mereka mendapat perhatian khusus dari Rasulullah saw. Ini tiada lain demi menjaga kelangsungan hidupnya agar tidak telantar yang dapat menyebabkannya menjadi orang yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu, banyak sekali hadis yang menyatakan betapa mulianya orang yang mau memelihara anak yatim atau menyantuninya. Sayang, anjuran beliau itu sampai kini belum mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat. Hanya sebagian kecil saja umat Islam yang mau memperhatikan anjuran itu.

Di Indonesia, khususnya di desa-desa, sampai sekarang kebiasaan memberi uang ala kadarnya pada tanggal 10 Muharam kepada anak yatim masih berlaku. Setiap tanggal 10 Muharam, anak-anak yatim bergerombol mendatangi rumah-rumah orang kaya atau para dermawan. Di situ mereka memperoleh pembagian uang. Kebiasaan demikian sungguh amat terpuji, tetapi apakah para anak yatim hanya butuh bantuan sekali itu?

Tentunya tidak. Mereka membutuhkan bimbingan sampai dirinya mampu mengarungi bahtera kehidupannya sendiri. Betapa mulianya orang yang mau menyantuni mereka, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari bersumber dari Sahl bin Sa’ad bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Saya dan orang yang menanggung (memelihara) anak yatim dengan baik, di surga bagaikan ini. (seraya beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan beliau rentangkan kedua kaki jarinya itu)” (H.R. Bukhari).

 Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa besar (An-Nisaa:2).

Alquran telah menjelaskan adanya larangan memakan harta anak yatim dengan cara lalim sebagaimana firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya orang yang memakan harta anak yatim secara lalim, sebenarnya mereka itu menelan api neraka dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala” (An-Nisaa: 10).

Ismail bin Abdurrahman berkata, “Pemakan harta anak yatim dengan lalim itu besok di hari kiamat akan dikumpulkan dan di waktu itu keluarlah api yang menyala-nyala dari mulutnya, telinganya dan matanya sehingga semua orang mengenalnya bahwa ia sebagai pemakan harta anak yatim.”

Para ulama berkata, bagi setiap wali anak yatim bilamana ia dalam keadaan fakir diperbolehkan baginya memakan sebagian anak yatim dengan cara ma’ruf (baik) menurut sekadar kebutuhannya saja demi kemaslahatan untuk memenuhi kebutuhannya, tidak boleh berlebih-lebihan dan jika berlebih-lebihan akan menjadi haram. Menurut Ibnul Jauzi dalam menafsirkan “bil ma’ruf” ada 4 jalan yaitu, pertama, mengambil harta anak yatim dengan jalan kiradl. Kedua, memakannya sekadar memenuhi kebutuhan saja. Ketiga, mengambil harta anak yatim hanya sebagai imbalan, apabila ia telah bekerja untuk kepentingan mengurus harta anak yatim itu, dan keempat, memakan harta anak yatim tatkala dalam keadaan terpaksa, dan apabila ia telah mampu, harus mengembalikan dan jika ia benar-benar tidak mampu hal tersebut dihalalkan.

Kecuali mengancam orang yang merugikan harta anak yatim, Allah juga akan mengangkat derajat orang-orang yang suka menyantuni anak yatim; sebagaimana sabda Nabi, “Barang siapa yang menanggung makan dan minum (memelihara) anak yatim dari orang Islam, sampai Allah SWT mencukupkan dia, maka Allah mengharuskan ia masuk surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak terampunkan” (H.R. Turmudzi).

 Dari hadis ini, memberikan jaminan bagi orang-orang yang mau mengasuh anak yatim akan memperoleh imbalan pahala dari Allah SWT, berupa surga yang disejajarkan dengan surga Nabi saw., kecuali ia melakukan dosa-dosa yang tidak terampunkan oleh Allah SWT. Demikianlah kewajiban kita sebagai umat Islam untuk menyantuni anak yatim.

Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/10/renungan_jumat.htm

Monday, December 3, 2012

Abdurrahman bin Auf, Sahabat yang Dermawan

Adalah sosok yang sangat bersegera dalam berinfak. Dialah Abdurrahman bin ‘auf, putih kulitnya, lebat rambutnya, banyak bulu matanya, mancung hidungnya, panjang gigi taringnya yang bagian atas, panjang rambutnya sampai menutupi kedua telinganya, panjang lehernya, serta lebar kedua bahunya.

Dilahirkan selang sepuluh tahun setelah tahun Gajah. Pada masa jahiliyah memiliki nama Abu Amru. Setelah masuk Islam, kemudian Rasulullah sholallahu alaihi wa salam menggantinya dengan Abdurrahman. Lengkapnya ialah Abdurrahman bin Auf bin Abdi bin Al Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’aiy. Kuniyahnya ialah Abu Ahmad. Dia termasuk Assabiqun Al Awwalun, dan tergolong diantara sepuluh orang yang dijanjikan Rasulullah masuk surga.

Abdurrahmah bin Auf masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash Shiddiq, yaitu sebelum Rasulullah tinggal di rumah Al Arqam. Sebagaimana kaum muslimin yang lainnya, ia juga mendapatkan tekanan-tekanan dari kaum Quraisy, yang semakin lama semakin keras. Ketika Allah mengijinkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah, ia termasuk orang yang turut serta dalam rombongan tersebut. Di madinah beliau dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan sahabat Sa’ad bin Rabi’ Al Anshari

Sa’ad bin Rabi’ berkata kepada saudaranya, Abdurrahman, ”Wahai saudaraku, aku memiliki dua kebun, pilihlah mana yang engkau suka, lalu ambillah.” Abdurrahman menjawab, ”Semoga Allah memberikan berkah kepada harta dan keluargamu. Akan tetapi, tunjukanlah kepadaku pasar.”
Dia adalah sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Maka mulailah ia menjual dan membeli. Selang beberapa saat ia sudah mengumpulkan keuntungan dari perdagangannya.
Disamping itu, ia juga sosok pejuang yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-peperangan bersama Rasulullah. Pada waktu perang Badr, ia berhasil membunuh salah satu dari musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman bin Ka’ab At Taimi. Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak diantara kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus berperang Sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua puluh sekian luka. Akan tetapi perjuangannya di medan perang masih lebih ringan, jika dibanding dengan perjuangannya dalam harta yang dimilikinya.

Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi dermawan.
Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan perang Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas,dan menginfakkannya di jalan Allah. ( 1 uqiyah emas = 29,75 gram emas, 200 uqiyah = 5,95 Kg emas coba hitung berapa yang beliau infaqkan.?? kita ambil saja rata-rata harga 1 gram emas = Rp 500.000, jadi total yang beliau shodaqohkan lebih dari 2,9 M) Sehingga berkata Umar bin Khattab, ”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang telah engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari yang telah aku infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, ”Apa yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya berupa rizki dan kebaikan serta pahala yang banyak.”

Adakah sekarang Pengusaha Muslim yang shodaqohnya dalam satu waktu seperti beliau diatas..??

Suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari 700 onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?” Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan merangkak’**.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah dagang tersebut.”

Beliau juga terkenal senang berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada Ummahatul Mukminin. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Mneyertainya apabila mereka berhaji, yang ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Abdurrahman. Dia juga pernah memberikan kepada mereka sebuah kebun yagn nilainya sebanyak empat ratus ribu.

Puncak dari kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga 40.000 dinar, ( jika dikurs sekarang  1 Dinar - senilai Rp. 2.260.000,- coba hitung berapa yang beliau shodaqahkan, 40.000 x 2.260.000 = 90.400.000.000 (90,4 Milyar) yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah mendapatkan bagiannya, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, tidak akan memperhatikan sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air minum dari mata air Salsabila di surga.”

Diantara keistimewaan Abdurrahman bin Auf, bahwa a berfatwa tatkala Rasulullah masih hidup. Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada waktu perang tabuk. Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain.

Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.”

Disamping memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam masalah agama. Berkata Ibnu Abbas: Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Umar bin Khattab. Maka Umar berkata, ”apakah engkau pernah mendengar hadits dari Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa dalam shalatnya, dan apa yang dia perbuat?”
Aku menjawab, ”Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin. Apakah engkau pernah mendengarnya?” Dia menjawab, ”Tidak pernah, demi Allah.” Tatkala kami sedang demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan berkata, ”Apa yang sedang kalian lakukan?” Umar menjawab, ”Aku bertanya kepada Ibnu Abbas,” kemudian ia menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman berkata, ”aku pernah mendengarkan tentang hal itu dari Rasulullah.” Apa yang engkau dengar wahai Abdurrahman?” Maka ia menjawab, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, apabila lupa salah seorang diantara kalian di dalam shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia menambah atau mengurangi, apabila ragu satu raka’at atau dua raka’at, maka jadikanlah satu raka’at, dan apabila ia ragu dua raka’at atau tiga raka’at, maka jadikanlah dua raka’at, dan apabila ia ragu tiga raka’at atau empat raka’at, maka jadikanlah tiga raka’at, sehingga keraguannya di dalam menambah, kemudian sujud dua kali dan dia dalam keadaan duduk sebelum salam, kemudian salam.”

Itulah beberapa keutamaan Abdurrahman bin Auf, dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang lainnya. Apabila dalam suatu majlis, kesederhanaan yang dimiliki Abdurrahman, menjadikan manusia susah untuk membedakan, mana yang miskin dan mana yang kaya. Melimpahnya harta yang dimilikinya, itu semua karena doa dari Rasulullah sholallahu alaihi wa salam dan merupakan ujian berat dari Allah.

Beliau wafat dan meninggalkan banyak harta untuk para ahli warisnya. Terbilang meninggalkan 1000 onta, 100 kuda, 3000 kambing , Juga meninggalkan emas dan perak yang semuanya dibagikan kepada ahli warisnya.

Sungguh berbahagia Abdurrahman bin Auf, orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Diantara sahabat yang ikut membawa jenazahnya ialah Sa’ad bin Abi Waqqas. Juga dishalati oleh Utsman bin Affan, serta ikut mengiringinya sahabat Ali bin Abi Thalib. Semoga Allah merahmati sahabat Abdurrahman bin Auf.


Sumber Biography:
Rubrik Sakhshiyah Majalah Assunnah edisi 02/Tahun VII/1424H/2003M, hal 59-60 oleh Abu Aminah.
Bagian Prolog dari berbagai sumber

Monday, November 26, 2012

Khoiriyah, Wanita dan Air Mata



Khoiriyah, Wanita dan Air Mata
Saya tulis kembali kisah ini yang saya simak  dari acara Kisah Inspiratif MQ FM yang disiarkan pada tanggal
25 November 2012 / 11 Muharam 1434 setelah waktu Isya.

Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah.
(HR. Tirmidzi)

Wanita itu bernama Khoriyah. Suatu ketika ia memiliki keinginan untuk menikah karena memang dilihat dari usianya, ia sudah matang untuk menikah. Iapun diperkenalkan oleh kakak perempuannya dengan seorang laki-laki. Padahal, kakaknya sendiri belum menikah, padahal usianya sudah mendekati 30 tahun. Khoiriyah memang memilih untuk menikah dengan laki-laki yang belum pernah dikenalnya. Pernikahan adalah suatu ikatan yang sangat suci. Banyak sekali amal ibadah yang ada di dalam ikatan tersebut. Oleh karena itu, ia memilih untuk memasuki gerbang pernikahan tanpa merusak gerbangnya. Khoiryah meyakini bahwa menikah dengan seorang laki-laki tanpa didahului dengan pacaran atau bentuk kemaksiatan lain akan menimbulkan rasa ikhlas yang lebih besar ketika menjalankan bahtera rumah tangga.

Berawal tahun 1992. Khoiriyah menikah dengan seorang laki-laki yang sebelumnya ia tidak pernah mengenalnya. Pernikahan yang cukup mengharukan untuk Khoiriyah karena orangtuanya tidak hadir dalam pernikahan tersebut. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal ketika Khoiriyah masih berusia belia.

Pernikahan pun berlangsung. Khoiriyah dan suaminya menjalankan bahtera rumah tangga dengan kebahagiaan. Mereka bahagia dengan keadaan mereka, walaupun suaminya hanyalah seorang supir di agen pariwisata. Memang, bahtera yag tidak diawali dengan kemaksiatan, bahtera yang diawali dengan penuh keikhlasan, dan bahtera yang diawali dengan niat beribadah kepada Allah Azza wajalla akan memberikan kebahagiaan kepada sang awak bahtera, walaupun badai dan angin kencang mengguncang bahtera tersebut. Seiring berjalannya waktu, Khoiriyah dan suaminya pun mendapatkan kabar gembira. Khoiriyah divonis hamil oleh dokter. Pasangan muda tersebut pun menghabiskan masa penantian dengan penuh kebahagiaan. Sang suami bekerja lebih semangat. Sang istri menikmati masa ngidamnya dengan penuh rasa syukur kepada Allah. Khoiriyah dan suaminya sangat rajin beribadah dan selalu berdoa agar dikaruniai anak yang soleh. Masa yang dinantikan pun datang. Khoiriyah merasakan sakit perut yang menandakan ia akan segera melahirkan. Rasa syukur, bahagia, kecemasan, dan kekhawatiran pun menyelimuti pasangan tersebut. Ya, mereka bahagia namun khawatir. Mereka bahagia karena telah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk memiliki anak. Mereka khawatir karena karunia itu muncul ketika usia kandungan Khoiriyah baru enam bulan. Ya, dokter mengatakan bahwa sang anak lahir dalam keadaan premature. Namun, kebahagiaan pasangan yang soleh itu selalu muncul sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, walaupun cobaan telah menimpa mereka di usia pernikahan yang belum terlalu lama.

Dina. Itulah nama cantik yang diberikan oleh Khoiriyah dan suaminya kepada sang anak yang cantik dan manis. Walaupun dokter telah mengizinkan Dina untuk dibawa pulang ke rumah, Khoiriyah dan suaminya diwajibkan untuk memeriksakan dan menjalani pengobatan Dina dua kali seminggu. Tentu, biaya pemeriksaan dan pengobatan pun tidak sedikit. Namun, Khoiriyah dan suaminya tetap bersyukur dalam kondisi seperti ini. Sang suami pun bekerja lebih keras agar dapat membiayai pengobatan untuk anak yang disayanginya, Dina. Semoga Allah SWT meridhoi mereka.

Keteguhan dan kesabaran Khoiriyah dan suaminya diselimuti dengan rasa syukur. Beberapa bulan setelah Dina lahir ke dunia, Khoiriyah sang ibu dinyatakan hamil untuk kedua kalinya. Rasa bahagia pun muncul karena Dina akan memiliki seorang adik. Wakt terus berjalan hingga pada akhirnya anak kedua pun lahir. Cantik sekali bayi yang kecil itu. Ya, bayi itu adalah bayi perempuan yang kemudian diberi nama Nisa. Khoiriyah dan suaminya merasa bahagia dengan kelahiran Nisa. Namun, kebahagian itu lagi-lagi diselimuti dengan kesedihan karena Nisa tidak sepenuhnya sehat. Nisa mengidap penyakit yang belum bisa dideteksi oleh dunia kedokteran. Nisa sering kejang, panas, lalu normal kembali. Begitu seterusnya. Ujian untuk Khoiriyah dan suaminya pun bertambah. Ternyata Allah SWT sedang menguji pasangan tersebut karena Allah saying kepada mereka. Allah mencintai mereka hingga Dia merasa cemburu dengan mereka. Allah ingin agar Khoiriyah dan suaminya naik derajatnya dengan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian itu. Beberapa kali pun Khoiriyah dan suaminya rutin menuju ke rumah sakit untuk memeriksakan anaknya. Kali ini yang dibawa adalah dua bayi perempuan yang sangat disayanginya. Saat itu, Dina berusia satu tahun, sedangkan Nisa berusia enam bulan. Kesabaran dan ketabahan sangat terpancar dari wajah Khoiriyah. Seringkali ia membawa anaknya ke rumah sakit sendirian tanpa suami, karena suaminya harus lebih bekerja keras untuk memenuhi biaya pengobatan bagi dua malaikat kecilnya.

Kebahagian muncul kembali ketika saat Nisa berusia enam bulan, Khoiriyah dikabarkan hamil untuk ketiga kalinya. Saat-saat hamil yang cukup berat untuk Khoiriyah karena ia harus merawat Dina dan Nisa. Suaminya terpaksa sering pulang larut malam untuk mencari nafkah lebih keras lagi. Seiring berjalannya waktu, anak ketiga pun lahir. Kali ini yang terlahir ke dunia tersebut adalah seorang bayi laki-laki yang sangat tampan dan memiliki senyum yang menyenangkan untuk dilihat. Fahri. Itulah nama yang diberikan kepada bayi mungil tersebut. Lagi-lagi Khoiriyah dan suaminya diuji oleh Allah SWT. Fahri divonis mengidap penyakit yang mirip dengan kakaknya, Nisa. Khoiriyah sangat tabah menghadapi ini semua.

 Ada satu hal yang hamper tidak bisa pergi dari sisi Khoiriyah, yaitu air mata. Namun, Khoiriyah selalu membentengi diri dengan prasangka yang baik kepada Allah SWT. Apalah artinya air mata jika dibandingan dengan ridho Allah SWT. Tentu, ridho Allah SWT tidak dapat digantikan dengan yang lain. Ketabahan Khoiriyah dan suaminya ternyata bertahan walaupun tiga anaknya harus tergeletak sakit. Dina, Nisa, dan Fahri. Tiga malaikat kecil yang diyakini oleh Khoiriyah dan suaminya sebagai titipan suci dari Allah SWT yang harus dirawatnya dengan baik bagaimanapun keadaannya.

Ujian untuk Khoiriyah terus bertambah. September 2001. Suami yang dicintainya dipanggil oleh Allah SWT. Suaminya menderita penyakit yang tidak dikenalnya. Perutnya membuncit. Dokter mengatakan bahwa suaminya menderita penyakit karena harus bekerja terlalu keras untuk membiayai pengobatan anak-anaknya. Sungguh seorang ayah yang sangat hebat. Khoiriyah hanya bisa terdiam dengan meninggalnya suami. Namun, ia harus tegar. Masih ada Dina, Nisa, dan Fahri yang harus dipertahankan. Seringkali ia termenung dan memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Khoiriyah mulai membuka usaha jualan untuk merawat dan membiayai pengobatan anak-anaknya. Nasi uduk, pisang goring, dan bakwan dijualnya. Sungguh perjuangan yang cukup berat bagi seorang wanita seperti Khoiriyah. Namun, dengan melihat anak-anaknya, Khoiriyah merasa bahwa yang ia perjuangkan belum ada apa-apanya. Suami yang telah meninggalkannya telah menitipkan tiga malaikat kecil kepada Khoiriyah. Tentu mereka adalah titipan Allah SWT yang harus dirawat dengan baik oleh Khoiriyah.

Cobaan datang kembali. Tiga bulan setelah meninggalnya sang suami, Fahri menyusul ayahnya. Allah SWT telah mengambilnya dari Khoiriyah untuk selama-selamanya. Kesedihan pun menyelimuti diri Khoiryah. Namun, ia sangat yakin bahwa Fahri hanyalah titipan dari Allah SWT yang dapat diambil oleh-Nya kapanpun. Sisa kehidupan tetap dijalani oleh Khoiriyah dengan penuh kesabaran dan prasangka baik kepada Allah SWT. Dia sedang menaikkan derajat Khoiriyah di sisi-Nya dengan memberikan cobaan yang bertubi-tubi. Ternyata Khoiriyah kuat.

Juni 2002. Itulah saat di mana Khoiriyah mendapatkan ujian selanjutnya. Nisa sang anak perempuan tidak kuat menahan penyakitnya. Allah SWT mengambilnya dari sisi Khoiriyah. Kesedihan tentu menyelimuti Khoiriyah sebagai seorang ibu yang telah melahirkan Nisa. Namun, keimanan yang tebal menolong Khoiriyah untuk tetap sabar. Prasangka baik kepada Allah selalu tersirat di pikiran Khoiriyah. Sanak keluarga mengucapkan bela sungkawa yang sebesar-besarnya untuk Khoiriyah. Mereka hendak mengucapkan kalimat penghibur untuk Khoiriyah, namun kesedihan yang turut mereka rasakan membuat mulut mereka pilu. Mereka belajar sangat banyak dari ketabahan dan kesabaran Khoiriyah.

Sungguh pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan yang berhasil dilalui oleh hamba-Nya. Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya karena Dia sangat menyayangi hamba-Nya itu. Jika sang hamba bersabar dalam ujian dan cobaan tersebut, tentu Allah SWT akan menaikkan derajatnya di sisi-Nya. Sebaliknya, jika ia tidak bersabar dalam ujian, Allah SWT akan murka kepadanya.

Khoiriyah memilih untuk bersabar. Dua hari setelah kematian Nisa, ujian kembali datang. Tenda kedukaan belum dibongkar dari rumahnya, namun Allah SWT mengambil Dina dari Khoiriyah. Ya, Dina meninggal dunia tepat dua hari setelah meninggalnya Nisa. Sungguh, jika Khoiriyah tidak memiliki keimanan yang kuat, ia akan merasa lemah dan lemas dengan cobaan yang bertubi-tubi ini. Namun, Khoiriyah terus tabah dan sabar. Prasangka baik kepada Allah-lah yang selalu menjadi kekuatan baginya. Kini Khoiriyah hanya bisa berdoa agar suami dan ketiga anaknya ditempatkan di sisi-Nya yang terbaik. Khoiriyah yakin bahwa mereka akan menjadi penghuni surga. Aamiin. 

Segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Allah tidak akan menguji suatu kaum melebihi kesanggupannya. Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan.
Allah memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya karena Dia sangat menyayangi hamba-Nya itu.