Monday, April 25, 2011

Abdurrahman bin 'Auf

Abdurrahman bin 'Auf adalah seorang shahabat Nabi s.a.w. yang mempunyai banyak keistimewaan, di antaranya adalah beliau diberitahukan masuk syurga oleh Allah s.w.t. ketika masih hidup serta termasuk salah seorang dari enam orang anggota syura. Beliau dilahirkan pada tahun kesepuluh dari tahun gajah dan umurnya lebih lebih muda dari Nabi selama sepuluh tahun karena Nabi dilahirkan pada tahun gajah yaitu tanggal 20 April 571M. Dengan demikian Abdurrahman dilahirkan pada tahun 581M. Namanya pada masa jahiliyah adalah Abdu Amru dan dalam satu pendapat lain Abdul Ka'bah. Lalu Nabi s.a.w. menggantikannya menjadi Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah al-Qurasyi al-Zuhri. Nasabnya bertemu dengan Nabi s.a.w. pada Kilab bin Murrah. Kinayahnya adalah Abu Muhammad sedangkan laqabnya al-Shadiq al-Barr. Ibunya bernama Asysyifa binti 'Auf bin Abdu bin al-Harits bin Zuhrah.

Beliau termasuk di antara orang yang paling dini memeluk Islam karena keislamannya terjadi sebelum Nabi s.a.w. mengkoordinir pengajian rutin di rumah al-Arqam bin al-Arqam, dan di antara orang yang masuk Islam berkat dakwah Abu Bakar al-Shiddiq. Keislamannya juga diikuti oleh saudara sebapanya al-Aswad bin 'Auf, akan tetapi ia (al-Aswad) berhijrah (ke Madinah) agak lambat yaitu beberapa saat sebelum pembukaan Mekkah.

Bersamaan dengan itu keislamannya juga diikuti saudara sebapanya Abdullah bin 'Auf dan Hamnan bin 'Auf. Namun keduanya tidak berhijrah (ke Madinah) akan tetapi tetap tinggal di Mekkah. Hamnan termasuk di antara yang panjang umurnya karena pada masa jahiliyah telah hidup selama enam puluh tahun dan pada masa Islam hidup selama enam puluh tahun juga.

Aktivitas Dakwah dan Perniagaan
Jauh sebelum berhijrah ke Madinah –seperti yang diceritakan oleh Ibnu Hisyam dalam kitab sirahnya- Abdurrahman bin 'Auf termasuk di antara para shahabat yang hijrah ke Habsyah gelombang pertama, kemudian kembali ke Mekkah dan seterusnya hijrah ke Madinah.

Seperti layaknya para muhajirin lainnya yang meninggalkan kota Mekkah, Abdurrahman bin Auf di samping meninggalkan kota kelahirannya Mekkah juga meninggalkan seluruh harta yang dimilikinya sehingga setibanya di Madinah beliau tidak memiliki apapun harta dan bahkan beliau tidak memiliki isteri. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya Abdurrahman bin Auf telah dipersaudarakan (oleh Nabi s.a.w.) dengan Sa'ad bin al-Rabi' al-Ansari tatkala tiba di Madinah. Lalu Sa'ad berkata kepadanya: Saudaraku! Saya adalah salah seorang penduduk Madinah yang punya banyak harta, pilihlah dan ambillah/ dan saya juga mempunya dua orang isteri, lihatlah salah satunya yang mana yang menarik hatimu sehingga saya bisa mentalaknya untukmu. Abdurrahman menjawab semoga Allah memberkatimu pada hartamu dan keluargamu (akan tetapi) tunjukkanlah di mana letak pasarmu. Merekapun menunjukkan pasar, maka beliaupun melakukan transaksi jual beli sehingga mendapatkan laba (yang banyak) dan telah mampu membeli keju dan lemak. Kemudian tidak lama berselang iapun sudah dipenuhi oleh wewangian (menikah). Lalu Rasulullah s.a.w. bertanya: "apa gerangan yang terjadi denganmu?", Ia menjawab:" Wahai Rasulullah, aku telah menikah. Baginda bertanya: apa maharnya? Ia menjawab: "emas sebesar biji kurma". Baginda bertanya kembali: "buatlah walimah (pesta perkawinan) walaupun dengan satu ekor kambing".

Rasulullah s.a.w. sangat jeli melihat keadaan Abdurrahman bin Auf sehingga beliau dipersaudarakan dengan Sa'ad bin al-Rabi' yang merupakan salah seorang penduduk Madinah yang mempunyai banyak harta. Persaudaraan ini membuahkan hasil yang sangat kuat sekali bagi terjalinnya ikatan yang sangat kuat di antara keduanya. Hal ini digambarkan ketika Sa'ad bin al-Rabi' menawarkan setengah kekayaannya untuk dibagi percuma dan istrinya yang dicintai untuk dinikahi oleh Abdurrahman bin Auf. Abdurrahman. Walaupun Sa'ad bin al-Rabi' menawarkannya didasarkan oleh niat tulus ikhlas namun Abdurrahman bin Auf bukanlah tipe manusia yang memanfaatkan kesempatan sehingga beliau menolak secara halus dengan ungkapan semoga Allah memberkatimu, keluargamu dan hartamu.
Ia boleh miskin materi, tapi ia tidak akan pernah menjadi miskin mental. Jangankan meminta, ia pun pantang menerima pemberian orang selain upahnya sendiri. 'Tangan di bawah' sama sekali bukan perilaku mulia. Abdurrahman bukan hanya tahu, melainkan memegang teguh nilai itu. Ia pun memutar otak bagaimana dapat keluar dari kemiskinan tanpa harus menerima pemberian orang lain. Ia hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Ia pun pergi ke pasar dan mengamatinya secara cermat. Dari pengamatannya ia tahu, pasar itu menempati tanah milik seorang saudagar Yahudi. Para pedagang berjualan di sana dengan menyewa tanah tersebut, sebagaimana para pedagang sekarang menyewa kios di mal.
Kreativitas Abdurrahman pun muncul. Ia minta tolong saudara barunya untuk membeli tanah yang kurang berharga yang terletak di samping tanah pasar itu. Tanah tersebut lalu dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa membayar sewa. Bila dari berdagang itu terdapat keuntungan, ia mengimbau mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya. Para pedagang gembira dengan tawaran itu karena membebaskan mereka dari biaya operasional. Mereka berbondong pindah ke pasar baru yang dikembangkan Abdurrahman. Keuntungannya berlipat. Dari keuntungan itu, Abdurahman mendapat bagi hasil. Semua gembira. Tak perlu makan waktu lama, Abdurrahman keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi salah seorang sahabat Rasul yang paling berada.
Kegigihannya dalam berdagang juga seperti yang beliau ungkapkan sendiri: "aku melihat diriku kalau seandainya akau mengangkat sebuah batu aku mengharapkan mendapatkan emas atau perak".

SUMBANGAN DI JALAN ALLAH S.W.T.

Laba dari perniagaannya yang semakin meningkat dari ke hari tidaklah menyebabkan beliau menjadi manusia yang pelit dan kikir serta jauh dari jalan Allah. Bahkan beliau tidak segan-segan untuk menyumbangkan hartanya di jalan Allah dan disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa beliau menyumbangkan setengah dari hartanya. Hal ini seperti disebutkan Zuhri bahwa Abdurrahman bin Auf menyumbangkan setengah dari hartanya sebanyak empat ribu dirham pada masa Rasulullah s.a.w., kemudian beliau menyumbangkan empat ribu dirham, kemudian empat puluh dinar, kemudian lima ratus kuda perang di jalan Allah, kemudian seribu lima ratus tunggangan/ rahilah di jalan Allah, dan semua penghasilannya bersumber dari perniagaan.

Kemurahan hatinya untuk menyumbangkan hartanya di jalan tidak hanya berhenti dengan menyumbangkan setengah dari hartanya bahkan dalam kesempatan lainnya disebutkan bahwa beliau menyumbangkan keseluruhan hartanya. Hal ini seperti diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa manakala Abdurrahman bin Auf ditimpa oleh sebuah penyakit beliau mewasiatkan sepertiga hartanya, maka tatkala sembuh beliau menyumbangkan sendiri dengan tangannya, kemudian berkata: Wahai shahabat Rasulullah s.a.w.: saya akan memberikan sebanyak empat ratus dinar ke atas semua pasukan Badar, lalu Uthman dan beberapa orang lainnya datang menemuinya: lalu orang-orang bertanya kepadanya: Wahai Abu Umar, bukankah anda orang kaya? Ia berkata: ini adalah waslah dari Abdurrahman dan bukan sedekah, dan ia termasuk harta yang halal. Maka ia menyumbangkan sebanyak seratus lima puluh ribu dinar kepada mereka, lalu tatkala menjelang malam beliau duduk sendiri di rumahnya, lalu menuliskan sebuah memo untuk dibagikan semua hartanya kepada para muhajirin dan Anshar, bahkan beliau menulis bajunya yang dipakainya dalam memo tersebut, dan tidak ada satupun yang disisakannya kecuali dibagikan semuanya kepada kaum fakir.
Ketika menunaikan shalat shubuh di belakang Rasulullah s.a.w. turunlah Jibril dan berkata: Wahai Muhammad sesungguhnya Allah berfirman kepadamu: kirimkanlah salam saya buat Abdurrahman dan terimalah semua memonya kemudian kembalikanlah semua kepadanya dan katakan kepadanya:Allah telah menerima sedekahmu dan ia adalah wakil Allah dan wakil RasulNya maka kembangkanlah hartanya sesuai dengan kemauannya, dan kelolalah hartanya sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya dan ia tidak akan diminta pertanggungjawab dan beritahulah kabar gembir (ia dijamin masuk syurga).

Disamping menyumbangkan hartanya untuk fakir miskin dan orang-orang tertentu beliau juga diceritakan merupakan orang yang paling banyak memerdekan hamba. Dalam sebuah riwayat Ja'far bin Burqan berkata: saya pernah mendengar bahwa Abdurrahman bin Auf telah memerdekan hamba sebanyak tiga puluh ribu jiwa. Dan Abu Amr berkata: dalam satu riwayat disebutkan bahwa beliau memerdekakan sebanyak tiga puluh hamba dalam satu hari.

KEUTAMAAN ABDURRAHMAN BIN 'AUF

Keislaman Abdurrahman bin Auf sejak dini menjadikan beliau sebagai pribadi yang paling pertama menghadapi kerasnya penentangan dari penduduk Quraisy Mekkah, sehingga akhirnya beliau dan beberapa shahabat lainnya diizinkan oleh Nabi s.a.w. berhijrah ke Habsyah pada gelombang pertama. Menurut para ulama, pemilihan kota Habsyah (Ethiopia) sebagai tujuan hijrah pada masa itu disebabkan Habsyah adalah merupakan sebuah negara yang tidak mempunyai ikatan diplomasi dengan negara-negara Arab sehingga dalam hukum international di era modern disebutkan bahwa negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik maka tidak boleh melakukan ektradisi terhadap orang yang berlindung di dalam negaranya. Dan ini merupakan pemilihan yang sangat tepat dari Rasulullah s.a.w. dan diceritakan bahwa ketika utusan Quraisy membujuk Najasyi agar mengusir para muhajirin dari bumi Habsyah, beliau berkata bahwa saya tidak akan melakukan kecuali setelah mengetahui alasan dari pribadi tersebut. Dan ternyata setelah mendengarkan penjelasan dari Ja'far bin Abi Thalib, Najasyi mengembalikan semua hadiah yang diberikan oleh utusan Quraisy dan mengusir keduanya serta menjamin keamanan seluruh kaum muslimin di negaranya.

Tidak mengherankan akhirnya beliau merupakan di antara para shahabat yang mendapatkan beberapa keistimewaan di antaranya:
1. Menjagi Imam Shalat Nabi s.a.w.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dalam satu peperangan Nabi s.a.w. menjadi makmum Abdurrahman bin Auf. Dalam cerita panjang lebar Amr bin Wahab mengatakan bahwa al-Mughirah bin Syu'bah menyebutkan bahwa menjelang shubuh hari Nabi mengajak al-Mughirah untuk menemaninya membuang hajat. Setelah buang hajat Nabi s.a.w. memintanya untuk mengambalikan air wudhu' namun ternyata mereka sudah terlambat karena rombongan sedang menunaikan shalat yang diimami oleh Abdurrahman bin Auf. Ketika itu ia mencuba untuk menghentikan shalat jemaah tersebut dengan kembali mengumandangkan azan namun Nabi s.a.w. melarangnya sehingga Nabi s.a.w. menjadi makmun kepada Abdurrahman bin Auf. Dalam satu hadits lainnya diriwayatkan oleh al-Mughirah: Nabi tidak meninggal sehingga menjadi makmum orang shalih dari ummatnya.

2. Calon Penghuni Syurga
Beliau merupakan salah seorang shahabat Nabi s.a.w. yang dijamin masuk syurga Diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Sa'id bin Zayd berkata: Rasulullah s.a.w. berkata: sepuluh orang yang dijamin masuk syurga: Abu Bakar, Umar, Ali, Utsman, Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Sa'ad bin Abi Waqqas. Beliau berkata: beliau telah menyebutkan satu persatu dari yang sembilan orang dan kemudian berhenti sejenak pada bilang yang kesepuluh. Maka orang bertanya-tanya: kami memohon kepadamu atas nama Allah siapakah orang yang kesepuluh? Beliau menjawab: kalian meminta keseriusan saya atas nama Allah, (orang yang yang kesepuluh adalah) Abu al-A'war (kinayah terhadap Sa'id bin Zaid).

3. Kecintaan Nabi s.a.w. terhadap Abdurrahman bin Auf r.a.
Ummu Salamah r.a. menceritakan bahwa Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya yang akan menjaga kamu sekalian sepeninggalku adalah al-Shadiq al-Bar (Abdurrahman bin Auf), Ya Allah hidangkanlah minuman mata air syurga kepada Abdurrahman bin Auf.

Nabi s.a.w. juga bersabda: "Engkau adalah orang kepercayaan penduduk bumi dan engkau juga orang kepercayaan penduduk langit.

4. Ayat al-Quran yang memujinya

al-Quran memuji keutamaannya, di antaranya seperti yang diriwayatkan dari Saib tentang firman Allah ta'ala (al-Baqarah:267) diturunkan untuk Uthman dan Abdurrahman bin Auf. Adapun tentang Abdurrahman bin Auf diceritakan bahwa ia menyumbangkan empat ribu dirham kepada Nabi s.a.w. lalu ia berkata: sebenarnya saya punya delapan ribu dirham (akan tetapi) saya tinggalkan empat ribu dirham untuk diri sendiri dan keluarga sedangkan empat ribu dirham saya sumbangkan di jalan Allah maka Nabi s.a.w bersabda: semoga Allah memberkati apa yang telah engkau tinggalkan dan apa yang telah engkau sumbangkan.
5. Salam dan berita masuk syurga dari Allah s.w.t.

Ibnu Abbas r.a. berkata: "manakala kafilah dagang Abdurrahman bin Auf kembali dari Syam langsung dibawa kepada Nabi s.a.w. lalu Nabi s.a.w. berdoa untuknya agar dimasukkan syurga, lalu turunlah Jibril berkata: Sesungguhnya Allah mengirimkan salam untukmu dan berkata: kirimkanlah salam saya kepada Abdurrahman bin Auf dan sampaikan berita gembira beliau masuk syurga.

6. Penghargaan Nabi s.a.w.
Abu Umar dan beberapa orang lainnya berkata: Abdurrahman bin Auf ikut dalam perang Badar dan semua peperangan lainnya, beliau tetap setia membentengi Nabi s.a.w. pada perag Uhud, salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk syurga, salah seorang dari lapan orang yang terdahulu masuk syurga, salah seorang dari enam orang anggota syurga yang disaksikan oleh Umar bahwa Rasulullah s.a..w telah ridha terhadap mereka, salah seorang dari lima orang yang masuk Islam dalam tangan Abu Bakar, Rasulullah s.a.w pernah mengutusnya ke Dumah al-Jandal, memakaikan surban dan menyalipnya pada ke dua bahunya lalu berkata kepadanya: pergilah dengan mengucapkan bismillah dan mewasiatkannya beberapa wasiat, dan berkata kepadanya: jika Allah memberi kemenangan kepadamu maka kawinilah anak perempuan dari pemimpin mereka, atau disebutkan berkata anak perempuan raja mereka sedangkan pemimpin mereka adalah al-Asbagh bin Tha'labah al-Kalibi lalu iapun mengawini anak perempuannya Tamadhur dan ia adalah ibu dari anaknya Abi Salamah.

7. Kepercayaan Nabi s.a.w. terhadap kekuatan imannya

Ubaidillah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud berkata: Bahwa Rasulullah s.a.w. memberikan (sesuatu) kepada khalayak ramai dan tidak memberikan apapun kepada Abdurrahmah bin Auf sedangkan ia berada dalam khalayak tersebut, lalu Abdurrahman bin Auf keluar dari barisan tersebut dalam keadaan menangis, maka Umar bin Khattab melihat dan berkata: apa yang membuatmu menangis? Ia menjawab: Rasulullah s.a.w. memberikan sesuatu kepada orang ramai padahal saya ada di tengah orang-orang tersebut, maka aku takut Rasulullah s.a.w. tidak memberikan sesuatu kepadaku disebabkan oleh hal yang tidak disukai dariku. Beliau berkata: lalu Umar masuk menemui Nabi s.a.w. dan menceritakan peristiwa yang dialami oleh Abdurrahman bin Auf, lalu Rasulullah s.a.w. berkata: Saya tidak marah kepadanya akan tetapi telah menyerahkannya kepada keimanannya.



8. Orang yang sudah bahagia dalam perut ibunya

Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf berkata: manakala Abdurrahman bin Auf terlelap sebentar kemudian bangun kembali lalu bercerita: sesungguhnya telah datang kepadaku dua orang malaikat yang berperawakan menakutkan lalu keduanya berkata: ikuti bersama kami untuk diadukan kepada Allah. Ia berkata: lalu keduanya dijumpai oleh seorang malaikat maka berkata: mau dibawa kemana lelaki tersebut? Keduanya menjawab: kami mau mengadukannya kepada Allah. Ia berkata: lepaskanlah ia karena sesungguhnya ia telah dituliskan sebagai lelaki bahagian sedangkan ia masih dalam kandungan ibunya.

9. Keilmuannya

Ibnu Abbas r.a. bahwa ketika Umar menuju ke Syam dan manakala sampai di Sara' beliau dikabarkan bahwa Syam telah dilanda oleh penyakit waba' (penyakit menular), lalu mengumpulkan semua shahabat Rasulullah s.a.w. dan meminta pendapat, sehingga muncullah berbagai pendapat namun beliau menyetujui pendapat untuk kembali (agar tidak meneruskan perjalanan). Tiba-tiba muncullah Abdurrahman bin Auf yang menghilang beberapa saat karena buang hajat lalu berkata: Sesungguhnya saya sangat mengertia masalah ini, karena aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: apabila terjadi penyakit menular di suatu tempat maka janganlah kamu masuk ke dalamnya dan apabila terjadi di suatu tempat sedangkan kamu berada di dalamnya maka janganlah kamu keluar darinya karena lari dari penyakit tersebut.

10. Rujukan Umar

Anas r.a. menceritakan bahwa peminum khamar Nabi s.a.w. dijatuhkan hukuman jilid dengan pelepah kurma dan sandal sebanyak empat puluh kali dan demikian juga Abu Bakar. Seterusnya Anas r.a. menceritakan ketika Umar diangkat menjadi Khalifah: sesungguhnya orang kampung telah datang ke kota, apa pendapat kalian tentang hukum peminum khamar? Lalu Abdurrahman bin Auf berkata: kita menetapkan hukumannya di bawah hukuman hudud maka (Umarpun) menetapkan hukuman sebanyak delapan puluh kali jilid.

11. Ketawadhuannya
Walaupun beliau merupakan sosok shahabat Nabi s.a.w. yang telah dijanjikan masuk syurga namun beliau titel tersebut tidak menyebabkan beliau lupa diri. Sa'id bin Jubair berkata: Abdurrahman bin Auf tidak dapat dibedakan di antara hamba sahayanya.

WAFAT

Beliau meninggal pada tahun 31H, dalam pendapat lain disebutkan pada tahun 32H ketika berumur 75tahun. Dalam pendapat lain disebutkan berumur 72tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi' yang diimami oleh Utsman berdasarkan wasiatnya. Diriwayatkan oleh Ibnu al-Najjar di dalam kitab Akhbar al-Madinah dengan sanadnya dari Abdurrahman bn Humaid dari Bapaknya berkata: ketika ajal hendak menjemputnya Aisyah mengirimkan seseorang kepadanya supaya dikuburkan di sisi Rasulullah s.a.w. dan kedua saudaranya, maka ia menjawab: saya tidak mau menyempitkan ruang rumahmu karena sesungguhnya saya telah berjanji kepada Ibnu Maz'un siapa saja yang meninggal maka akan dikuburkan di sisi sahabatnya dan dengan demikian makam Utsman bin Maz'un dan Abdurrahman bin Auf berada di sisi qubah Ibrahim bin Nabi s.a.w.

Sunday, April 10, 2011

Adab Sebelum Tidur.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Adab islami sebelum tidur yang seharusnya tidak ditinggalkan oleh seorang muslim adalah sebagai berikut.
Pertama: Tidurlah dalam keadaan berwudhu.
Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ
Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari nο. 247 dan Muslim nο. 2710)
Kedua: Tidur berbaring pada sisi kanan.
Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaadul Ma’ad, 1/321-322).
Ketiga: Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali. Setelah itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari nο. 5017). Membaca Al Qur’аn sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini lebih menenangkan hati dan pikiran daripada sekedar mendengarkan alunan musik.
Keempat: Membaca ayat kursi sebelum tidur.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari nο. 3275)
Kelima: Membaca ԁο’a sebelum tidur “Bismika allahumma amuutu wa ahyaa”.
Dari Hudzaifah, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ »
Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari nο. 6324)
Masih ada beberapa dzikir sebelum tidur lainnya yang tidak kami sebutkan dalam tulisan kali ini. Silakan menelaahnya di buku Hisnul Muslim, Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni.
Keenam: Sebisa mungkin membiasakan tidur di awal malam (tidak sering begadang) jika tidak ada kepentingan yang bermanfaat.
Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari nο. 568)
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)
Semoga kajian kita kali ini bisa kita amalkan. Hanya Allah yang beri taufik.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Saturday, April 2, 2011

Untukmu Calon Istriku.

Siapapun engkau, dimanapun engkau berada sekarang, ku hanya ingin engkau tahu, bahwa diri ini merindu akan hadirmu. Sungguh tak dapat ku pungkiri bahwa sepi ini hajatkan hadirmu disisi, ku akui bahwa ku hanyalah seorang lelaki biasa, dengan cinta yang biasa, oleh karenanya ku butuh hadirmu tuk jadikan cinta ini cinta yang tak lagi biasa. Ku pun sadari bahwa kau hanyalah seorang wanita biasa, maka ijinkan aku tuk buatmu jadi pribadi yang luar biasa dengan cinta yang penuh ketulusan tanpa banyak tuntutan, jua ku sadari padamu melekat kekurangan, namun ku ingin kau tahu bahwa ketika rembulan tak Purnama, tetap malam terhiasi teduh cahayanya, begitu pun inginku padamu, walau tak sempurna, kasih tulusmu kan tetap jadi hiasan hidupku, dengan balutan keanggunan cinta dalam indahnya taman takwa, berjalan kita bersama.

Tiada lelah ku mengusahakan dan berdoa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala agar kita dipertemukan di gerbang pernikahan, gerbang yang kan antarkan ku sampai di taman hatimu tuk menyemai cinta ini. Duhai calon istriku, ku tak tahu dengan cara apa dan kapan Alloh kan pertemukan kita, ku ingin bersegera bertemu dan bersamamu namun tak ingin ku terperosok dalam suatu kertegesaan, yakinku bahwa Alloh kan pertemukan kita pada saatnya nanti, saat yang akan selalu kunanti, saat yang akan kusambut dengan penuh kesyukuran di hati. Kini dalam masa penantian ku kan persiapkan benih cinta ini, benih cinta karena Alloh yang kan ku semai di taman hatimu nanti, ku kan persiapkan bahu ini untuk kau jadikan sandaran ketika lelah dan letih menyambangimu, ku kan persiapkan tangan ini tuk membelaimu dengan penuh kasih sayang dan tuk usap air matamu ketika sedih menghampirimu. Mungkin terlihat sederhana, namun memang itulah yang kuinginkan, ku ingin mencintaimu dengan sederhana. Duhai calon istriku untaian kata ini tertulis dalam lembaran kerinduan hati, untukmu sajak sederhana kurangkai :

Duhai calon istri dan ibu dari anak-anakku
disini masih ku menanti hadirmu
dalam laju gerak sang waktu
berjalan dan berlariku tuk menggapaimu

Duhai calon istriku
ku yakin engkau kan datang
walau tak saat masa sekarang
ku yakin engkau kan hadir
membawa sepoi angin kasih yang semilir
karenanya ku kan terus mengusahakan
seiring doa dari hati yang terucap pada lisan

Duhai calon istriku
merinduku akan senyum manismu
merinduku akan teduh tatapanmu
merinduku akan kelembutan hatimu
merinduku akan kasih sayangmu
tunggulah diriku yang kan jemputmu
tuk labuhkan cinta di dermaga hatimu…

Friday, April 1, 2011

Fakultas Favorit di ITB

Inilah Fakultas Favorit di ITB

Iman Herdiana - Okezone
Selasa, 29 Maret 2011 - 10:48 wib
Rektor ITB Prof Akhmaloka Ph.D. (Foto : Sindo)
Rektor ITB Prof Akhmaloka Ph.D. (Foto : Sindo)
BANDUNG - Menjelang tahun ajaran baru, calon mahasiswa biasanya kebingungan menentukan fakultas yang akan dipilih. Bagi peminat teknik, Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi salah satu kampus favorit. Lalu fakultas apa saja yang paling tinggi peminatnya di Kampus Ganesha ini?

Rektor ITB Akhmaloka menyebutkan, ITB memiliki tiga fakultas yang tiap tahunnya selalu jadi favorit mahasiswa, yaitu Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), dan Fakultas Teknologi Industri (FTI). Quota tiga masing-masing fakultas ini sebanyak 300 kursi per-tahun.

"Tiap tahunnya, tiga fakultas ini selalu papan atas, banyak diminati. Selain itu pasinggrade-nya juga paling tinggi," terang Akhmaloka, kepada okezone, di ITB, Bandung, Jawa Barat, (29/3/2011).

Banyak perusahaan yang minat pada lulusan fakultas ini. Bahkan banyak juga yang mengikatnya sebelum lulus. Misalnya perusahaan perminyakan dan pertambangan nasional dan internasional yang biasa memberi beasiswa di beberapa semester sebelum mahasiswa lulus. Setelah itu, mereka diminta kerja.

"Dan yang begitu banyak sekali, tidak hanya di FTTM tetapi juga di beberapa jurusan lainnya biasa diminta sebelum lulus," tuturnya.

Dia menyebutkan, 70 persen lulusan ITB langsung kerja di perusahaan swasta atau industri. Sisanya di tempat lain seperti instansi, melanjutkan S2, atau PNS.

FTTM, kata Akhmaloka, diminati karena teknologi tambang minyaknya. Saat ini eksplorasi minyak di dalam dan luar negeri tengah digalakkan. "Perusahaan asing seperti Petronas (Malaysia) itu banyak minta (SDM) ke kita," sebutnya.(rhs)