Sektor keenergian Indonesia kembali menjadi sorotan publik. Belum
cukup
kontroversi kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu, sekarang giliran gas
negara yang menuai konflik. Singkat cerita terdapat saling “adu sikut”
antara 2 lembaga yang berkecimpung dalam sektor energi yaitu Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dan PT PGN
(Perusahaan Gas Negara) Tbk terkait harga jual Gas.
PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) adalah sebuah BUMN yang
bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi. PGN ini mempunyai
dua peran dalam sektor industri gas. Pertama adalah sebagai niaga
(trader) dalam sektor hilir di mana PGN berperan memasarkan gas ke
pelanggan di pasaran. Kedua adalah peran sebagai transporter yang juga
didukung oleh akses PGN ke sebagian besar pipa transmisi gas.
Di negara Indonesia terdapat ketidakseimbangan harga jual gas antara
sektor hulu dan hilir seperti dilansir oleh R. Priyono selaku Kepala BP
Migas “Saat ini masih ada perusahaan hulu yang menjual gas-nya di harga
USD 2-3 per MMBTU. Sementara distributor gas menjual di harga USD 8-9
per MMBTU. Range yang begitu besar ini membuat terjadi ketimpangan
di sini dan industri hulu semakin malas masuk ke Indonesia, karena biaya
eksplorasi semakin tinggi dari tahun ke tahun.” Menurut WAMEN ESDM Rudi
Rubiandini harga jual ideal gas di sektor hulu adalah sekitar USD 6-8
per MMBTU. Beliau juga menambahkan “Kami menghimbau PGN maupun PT
Pertamina Gas (Pertagas) yang selama ini, mungkin sudah menikmati
keuntungan yang cukup besar dari range harga itu, agar kini lebih
menekan target keuntungannya. Semua demi perekonomian Indonesia."
Harga jual gas di sektor hulu sudah direvisi dengan tercapainya
kesepakatan antara BP MIGAS dengan KKKS (Kelompok Kontrak Kerja Sama)
Conoco Philipis. Namun dari pihak PGN selaku perusahaan yang beroperasi
juga di sektor hilir mengajukan juga kenaikan harga jual gas di sektor
hilir sebesar 55%. Ajuan PGN ini sudah pernah disetujui oleh BP MIGAS.
Menurut Muhammad Said Didu selaku pengamat BUMN "PGN ini dipaksa oleh BP
Migas untuk menyetujui kenakan harga dari ConocoPhilips ke PGN sebesar
203% atau dari yang awalnya US$ 1,85 per mmbtu menjadi US$ 5,61-US$ 6,5
per MMBTU.”
Pada kenyataanya rencana kenaikan harga jual
gas sebesar 55% di sektor hilir menuai protes keras dari kalangan
industri. BP MIGAS pun akhirnya merevisi kenaikan menjadi hanya sebesar
50% dan bersifat bertahap. Hal ini membuat PGN merasa diberlakukan tidak
adil. Said juga menyangangkan putusan BP MIGAS yang merevisi kenaikan
harga yang sudah dijanjikan “Namun nyatanya ketika disetujui PGN,
kenaikan harga PGN dijegal pemerintah yang hanya
memperbolehkan kenaikan harga 50%, itupun bertahap (1 September sebesar
35% dan 1 April 2013 sebesar 15%).”
Tanggapan BP Migas
mengenai hal ini justru membawa konflik ke tingkat yang lebih intens.
Menurut BP MIGAS, PGN sudah menerima marjin keuntungan yang besar dari
sektor hilir di mana harga jual gas terlampau sangat tinggi dibanding
dengan sektor hulu. BP MIGAS juga mengkritik dualisme peran PGN seperti
dikemukakan Deputi Pengendali Operasi BP Migas Gde Pradnyana “Peran
ganda PGN sebagai transporter dan trader harusnya dapat dikurangi.
Misalnya dengan membatasi volume gas PGN melalui pipa transmisi,
sehingga penjual lain bisa masuk ikut menggunakan pipa tersebut dengan
hanya membayar toll-fee saja kepada PGN”
Di tengah
panasnya perseturuan dua pihak ini muncul juga sebuah konspirasi yang
dialamatkan kepada PGN oleh BP MIGAS. BP MIGAS menuding bahwa PGN dengan
kuasanya atas sebagian besar transmisi pipa gas di Indonesia telah
melakukan monopoli, sehingga aliran gas ke perusahaan lain nampak
dipersulit oleh PGN, walaupun secara historis pipa gas PGN sudah open
accsess terhitung sejak tahun 1997.
Permasalahan ini
sekarang masih dikaji oleh kedua belah pihak dan mudah-mudahan bisa
segera selesai tanpa merugikan pihak manapun, terutama rakyat sesuai dengan
amanat Pasal 33 UUD 1945 dan tujuan UU No 30 th 2007 tentang Energi
bahwa energi dan kekayaan alam dikelola untuk sebesar-besanya
kesejahteraan rakyat.
Divisi Kajian Energi
Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan (HMTM Patra)
Institut Teknologi Bandung
2012/2013
Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan (HMTM Patra)
Institut Teknologi Bandung
2012/2013
No comments:
Post a Comment