Monday, November 26, 2012

Khoiriyah, Wanita dan Air Mata



Khoiriyah, Wanita dan Air Mata
Saya tulis kembali kisah ini yang saya simak  dari acara Kisah Inspiratif MQ FM yang disiarkan pada tanggal
25 November 2012 / 11 Muharam 1434 setelah waktu Isya.

Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah.
(HR. Tirmidzi)

Wanita itu bernama Khoriyah. Suatu ketika ia memiliki keinginan untuk menikah karena memang dilihat dari usianya, ia sudah matang untuk menikah. Iapun diperkenalkan oleh kakak perempuannya dengan seorang laki-laki. Padahal, kakaknya sendiri belum menikah, padahal usianya sudah mendekati 30 tahun. Khoiriyah memang memilih untuk menikah dengan laki-laki yang belum pernah dikenalnya. Pernikahan adalah suatu ikatan yang sangat suci. Banyak sekali amal ibadah yang ada di dalam ikatan tersebut. Oleh karena itu, ia memilih untuk memasuki gerbang pernikahan tanpa merusak gerbangnya. Khoiryah meyakini bahwa menikah dengan seorang laki-laki tanpa didahului dengan pacaran atau bentuk kemaksiatan lain akan menimbulkan rasa ikhlas yang lebih besar ketika menjalankan bahtera rumah tangga.

Berawal tahun 1992. Khoiriyah menikah dengan seorang laki-laki yang sebelumnya ia tidak pernah mengenalnya. Pernikahan yang cukup mengharukan untuk Khoiriyah karena orangtuanya tidak hadir dalam pernikahan tersebut. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal ketika Khoiriyah masih berusia belia.

Pernikahan pun berlangsung. Khoiriyah dan suaminya menjalankan bahtera rumah tangga dengan kebahagiaan. Mereka bahagia dengan keadaan mereka, walaupun suaminya hanyalah seorang supir di agen pariwisata. Memang, bahtera yag tidak diawali dengan kemaksiatan, bahtera yang diawali dengan penuh keikhlasan, dan bahtera yang diawali dengan niat beribadah kepada Allah Azza wajalla akan memberikan kebahagiaan kepada sang awak bahtera, walaupun badai dan angin kencang mengguncang bahtera tersebut. Seiring berjalannya waktu, Khoiriyah dan suaminya pun mendapatkan kabar gembira. Khoiriyah divonis hamil oleh dokter. Pasangan muda tersebut pun menghabiskan masa penantian dengan penuh kebahagiaan. Sang suami bekerja lebih semangat. Sang istri menikmati masa ngidamnya dengan penuh rasa syukur kepada Allah. Khoiriyah dan suaminya sangat rajin beribadah dan selalu berdoa agar dikaruniai anak yang soleh. Masa yang dinantikan pun datang. Khoiriyah merasakan sakit perut yang menandakan ia akan segera melahirkan. Rasa syukur, bahagia, kecemasan, dan kekhawatiran pun menyelimuti pasangan tersebut. Ya, mereka bahagia namun khawatir. Mereka bahagia karena telah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk memiliki anak. Mereka khawatir karena karunia itu muncul ketika usia kandungan Khoiriyah baru enam bulan. Ya, dokter mengatakan bahwa sang anak lahir dalam keadaan premature. Namun, kebahagiaan pasangan yang soleh itu selalu muncul sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, walaupun cobaan telah menimpa mereka di usia pernikahan yang belum terlalu lama.

Dina. Itulah nama cantik yang diberikan oleh Khoiriyah dan suaminya kepada sang anak yang cantik dan manis. Walaupun dokter telah mengizinkan Dina untuk dibawa pulang ke rumah, Khoiriyah dan suaminya diwajibkan untuk memeriksakan dan menjalani pengobatan Dina dua kali seminggu. Tentu, biaya pemeriksaan dan pengobatan pun tidak sedikit. Namun, Khoiriyah dan suaminya tetap bersyukur dalam kondisi seperti ini. Sang suami pun bekerja lebih keras agar dapat membiayai pengobatan untuk anak yang disayanginya, Dina. Semoga Allah SWT meridhoi mereka.

Keteguhan dan kesabaran Khoiriyah dan suaminya diselimuti dengan rasa syukur. Beberapa bulan setelah Dina lahir ke dunia, Khoiriyah sang ibu dinyatakan hamil untuk kedua kalinya. Rasa bahagia pun muncul karena Dina akan memiliki seorang adik. Wakt terus berjalan hingga pada akhirnya anak kedua pun lahir. Cantik sekali bayi yang kecil itu. Ya, bayi itu adalah bayi perempuan yang kemudian diberi nama Nisa. Khoiriyah dan suaminya merasa bahagia dengan kelahiran Nisa. Namun, kebahagian itu lagi-lagi diselimuti dengan kesedihan karena Nisa tidak sepenuhnya sehat. Nisa mengidap penyakit yang belum bisa dideteksi oleh dunia kedokteran. Nisa sering kejang, panas, lalu normal kembali. Begitu seterusnya. Ujian untuk Khoiriyah dan suaminya pun bertambah. Ternyata Allah SWT sedang menguji pasangan tersebut karena Allah saying kepada mereka. Allah mencintai mereka hingga Dia merasa cemburu dengan mereka. Allah ingin agar Khoiriyah dan suaminya naik derajatnya dengan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian itu. Beberapa kali pun Khoiriyah dan suaminya rutin menuju ke rumah sakit untuk memeriksakan anaknya. Kali ini yang dibawa adalah dua bayi perempuan yang sangat disayanginya. Saat itu, Dina berusia satu tahun, sedangkan Nisa berusia enam bulan. Kesabaran dan ketabahan sangat terpancar dari wajah Khoiriyah. Seringkali ia membawa anaknya ke rumah sakit sendirian tanpa suami, karena suaminya harus lebih bekerja keras untuk memenuhi biaya pengobatan bagi dua malaikat kecilnya.

Kebahagian muncul kembali ketika saat Nisa berusia enam bulan, Khoiriyah dikabarkan hamil untuk ketiga kalinya. Saat-saat hamil yang cukup berat untuk Khoiriyah karena ia harus merawat Dina dan Nisa. Suaminya terpaksa sering pulang larut malam untuk mencari nafkah lebih keras lagi. Seiring berjalannya waktu, anak ketiga pun lahir. Kali ini yang terlahir ke dunia tersebut adalah seorang bayi laki-laki yang sangat tampan dan memiliki senyum yang menyenangkan untuk dilihat. Fahri. Itulah nama yang diberikan kepada bayi mungil tersebut. Lagi-lagi Khoiriyah dan suaminya diuji oleh Allah SWT. Fahri divonis mengidap penyakit yang mirip dengan kakaknya, Nisa. Khoiriyah sangat tabah menghadapi ini semua.

 Ada satu hal yang hamper tidak bisa pergi dari sisi Khoiriyah, yaitu air mata. Namun, Khoiriyah selalu membentengi diri dengan prasangka yang baik kepada Allah SWT. Apalah artinya air mata jika dibandingan dengan ridho Allah SWT. Tentu, ridho Allah SWT tidak dapat digantikan dengan yang lain. Ketabahan Khoiriyah dan suaminya ternyata bertahan walaupun tiga anaknya harus tergeletak sakit. Dina, Nisa, dan Fahri. Tiga malaikat kecil yang diyakini oleh Khoiriyah dan suaminya sebagai titipan suci dari Allah SWT yang harus dirawatnya dengan baik bagaimanapun keadaannya.

Ujian untuk Khoiriyah terus bertambah. September 2001. Suami yang dicintainya dipanggil oleh Allah SWT. Suaminya menderita penyakit yang tidak dikenalnya. Perutnya membuncit. Dokter mengatakan bahwa suaminya menderita penyakit karena harus bekerja terlalu keras untuk membiayai pengobatan anak-anaknya. Sungguh seorang ayah yang sangat hebat. Khoiriyah hanya bisa terdiam dengan meninggalnya suami. Namun, ia harus tegar. Masih ada Dina, Nisa, dan Fahri yang harus dipertahankan. Seringkali ia termenung dan memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Khoiriyah mulai membuka usaha jualan untuk merawat dan membiayai pengobatan anak-anaknya. Nasi uduk, pisang goring, dan bakwan dijualnya. Sungguh perjuangan yang cukup berat bagi seorang wanita seperti Khoiriyah. Namun, dengan melihat anak-anaknya, Khoiriyah merasa bahwa yang ia perjuangkan belum ada apa-apanya. Suami yang telah meninggalkannya telah menitipkan tiga malaikat kecil kepada Khoiriyah. Tentu mereka adalah titipan Allah SWT yang harus dirawat dengan baik oleh Khoiriyah.

Cobaan datang kembali. Tiga bulan setelah meninggalnya sang suami, Fahri menyusul ayahnya. Allah SWT telah mengambilnya dari Khoiriyah untuk selama-selamanya. Kesedihan pun menyelimuti diri Khoiryah. Namun, ia sangat yakin bahwa Fahri hanyalah titipan dari Allah SWT yang dapat diambil oleh-Nya kapanpun. Sisa kehidupan tetap dijalani oleh Khoiriyah dengan penuh kesabaran dan prasangka baik kepada Allah SWT. Dia sedang menaikkan derajat Khoiriyah di sisi-Nya dengan memberikan cobaan yang bertubi-tubi. Ternyata Khoiriyah kuat.

Juni 2002. Itulah saat di mana Khoiriyah mendapatkan ujian selanjutnya. Nisa sang anak perempuan tidak kuat menahan penyakitnya. Allah SWT mengambilnya dari sisi Khoiriyah. Kesedihan tentu menyelimuti Khoiriyah sebagai seorang ibu yang telah melahirkan Nisa. Namun, keimanan yang tebal menolong Khoiriyah untuk tetap sabar. Prasangka baik kepada Allah selalu tersirat di pikiran Khoiriyah. Sanak keluarga mengucapkan bela sungkawa yang sebesar-besarnya untuk Khoiriyah. Mereka hendak mengucapkan kalimat penghibur untuk Khoiriyah, namun kesedihan yang turut mereka rasakan membuat mulut mereka pilu. Mereka belajar sangat banyak dari ketabahan dan kesabaran Khoiriyah.

Sungguh pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan yang berhasil dilalui oleh hamba-Nya. Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya karena Dia sangat menyayangi hamba-Nya itu. Jika sang hamba bersabar dalam ujian dan cobaan tersebut, tentu Allah SWT akan menaikkan derajatnya di sisi-Nya. Sebaliknya, jika ia tidak bersabar dalam ujian, Allah SWT akan murka kepadanya.

Khoiriyah memilih untuk bersabar. Dua hari setelah kematian Nisa, ujian kembali datang. Tenda kedukaan belum dibongkar dari rumahnya, namun Allah SWT mengambil Dina dari Khoiriyah. Ya, Dina meninggal dunia tepat dua hari setelah meninggalnya Nisa. Sungguh, jika Khoiriyah tidak memiliki keimanan yang kuat, ia akan merasa lemah dan lemas dengan cobaan yang bertubi-tubi ini. Namun, Khoiriyah terus tabah dan sabar. Prasangka baik kepada Allah-lah yang selalu menjadi kekuatan baginya. Kini Khoiriyah hanya bisa berdoa agar suami dan ketiga anaknya ditempatkan di sisi-Nya yang terbaik. Khoiriyah yakin bahwa mereka akan menjadi penghuni surga. Aamiin. 

Segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Allah tidak akan menguji suatu kaum melebihi kesanggupannya. Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan.
Allah memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya karena Dia sangat menyayangi hamba-Nya itu.