Khoiriyah, Wanita dan Air Mata
Saya tulis kembali kisah ini yang saya simak dari acara Kisah Inspiratif MQ FM yang disiarkan pada tanggal
25 November 2012 / 11 Muharam 1434 setelah waktu Isya.
Saya tulis kembali kisah ini yang saya simak dari acara Kisah Inspiratif MQ FM yang disiarkan pada tanggal
25 November 2012 / 11 Muharam 1434 setelah waktu Isya.
Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya
Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka.
Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa
murka maka baginya murka Allah.
(HR. Tirmidzi)
(HR. Tirmidzi)
Wanita itu bernama Khoriyah.
Suatu ketika ia memiliki keinginan untuk menikah karena memang dilihat dari
usianya, ia sudah matang untuk menikah. Iapun diperkenalkan oleh kakak
perempuannya dengan seorang laki-laki. Padahal, kakaknya sendiri belum menikah,
padahal usianya sudah mendekati 30 tahun. Khoiriyah memang memilih untuk
menikah dengan laki-laki yang belum pernah dikenalnya. Pernikahan adalah suatu
ikatan yang sangat suci. Banyak sekali amal ibadah yang ada di dalam ikatan
tersebut. Oleh karena itu, ia memilih untuk memasuki gerbang pernikahan tanpa
merusak gerbangnya. Khoiryah meyakini bahwa menikah dengan seorang laki-laki
tanpa didahului dengan pacaran atau bentuk kemaksiatan lain akan menimbulkan
rasa ikhlas yang lebih besar ketika menjalankan bahtera rumah tangga.
Berawal tahun 1992. Khoiriyah
menikah dengan seorang laki-laki yang sebelumnya ia tidak pernah mengenalnya.
Pernikahan yang cukup mengharukan untuk Khoiriyah karena orangtuanya tidak
hadir dalam pernikahan tersebut. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal ketika
Khoiriyah masih berusia belia.
Pernikahan pun berlangsung.
Khoiriyah dan suaminya menjalankan bahtera rumah tangga dengan kebahagiaan.
Mereka bahagia dengan keadaan mereka, walaupun suaminya hanyalah seorang supir
di agen pariwisata. Memang, bahtera yag tidak diawali dengan kemaksiatan,
bahtera yang diawali dengan penuh keikhlasan, dan bahtera yang diawali dengan
niat beribadah kepada Allah Azza wajalla akan memberikan kebahagiaan kepada
sang awak bahtera, walaupun badai dan angin kencang mengguncang bahtera
tersebut. Seiring berjalannya waktu, Khoiriyah dan suaminya pun mendapatkan
kabar gembira. Khoiriyah divonis hamil oleh dokter. Pasangan muda tersebut pun
menghabiskan masa penantian dengan penuh kebahagiaan. Sang suami bekerja lebih
semangat. Sang istri menikmati masa ngidamnya dengan penuh rasa syukur kepada
Allah. Khoiriyah dan suaminya sangat rajin beribadah dan selalu berdoa agar
dikaruniai anak yang soleh. Masa yang dinantikan pun datang. Khoiriyah
merasakan sakit perut yang menandakan ia akan segera melahirkan. Rasa syukur,
bahagia, kecemasan, dan kekhawatiran pun menyelimuti pasangan tersebut. Ya,
mereka bahagia namun khawatir. Mereka bahagia karena telah diberikan
kepercayaan oleh Allah SWT untuk memiliki anak. Mereka khawatir karena karunia
itu muncul ketika usia kandungan Khoiriyah baru enam bulan. Ya, dokter
mengatakan bahwa sang anak lahir dalam keadaan premature. Namun, kebahagiaan
pasangan yang soleh itu selalu muncul sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah
SWT, walaupun cobaan telah menimpa mereka di usia pernikahan yang belum terlalu
lama.
Dina. Itulah nama cantik yang
diberikan oleh Khoiriyah dan suaminya kepada sang anak yang cantik dan manis.
Walaupun dokter telah mengizinkan Dina untuk dibawa pulang ke rumah, Khoiriyah
dan suaminya diwajibkan untuk memeriksakan dan menjalani pengobatan Dina dua
kali seminggu. Tentu, biaya pemeriksaan dan pengobatan pun tidak sedikit.
Namun, Khoiriyah dan suaminya tetap bersyukur dalam kondisi seperti ini. Sang
suami pun bekerja lebih keras agar dapat membiayai pengobatan untuk anak yang
disayanginya, Dina. Semoga Allah SWT meridhoi mereka.
Keteguhan dan kesabaran Khoiriyah
dan suaminya diselimuti dengan rasa syukur. Beberapa bulan setelah Dina lahir
ke dunia, Khoiriyah sang ibu dinyatakan hamil untuk kedua kalinya. Rasa bahagia
pun muncul karena Dina akan memiliki seorang adik. Wakt terus berjalan hingga
pada akhirnya anak kedua pun lahir. Cantik sekali bayi yang kecil itu. Ya, bayi
itu adalah bayi perempuan yang kemudian diberi nama Nisa. Khoiriyah dan
suaminya merasa bahagia dengan kelahiran Nisa. Namun, kebahagian itu lagi-lagi
diselimuti dengan kesedihan karena Nisa tidak sepenuhnya sehat. Nisa mengidap
penyakit yang belum bisa dideteksi oleh dunia kedokteran. Nisa sering kejang,
panas, lalu normal kembali. Begitu seterusnya. Ujian untuk Khoiriyah dan
suaminya pun bertambah. Ternyata Allah SWT sedang menguji pasangan tersebut
karena Allah saying kepada mereka. Allah mencintai mereka hingga Dia merasa
cemburu dengan mereka. Allah ingin agar Khoiriyah dan suaminya naik derajatnya
dengan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian itu. Beberapa kali pun
Khoiriyah dan suaminya rutin menuju ke rumah sakit untuk memeriksakan anaknya.
Kali ini yang dibawa adalah dua bayi perempuan yang sangat disayanginya. Saat
itu, Dina berusia satu tahun, sedangkan Nisa berusia enam bulan. Kesabaran dan
ketabahan sangat terpancar dari wajah Khoiriyah. Seringkali ia membawa anaknya
ke rumah sakit sendirian tanpa suami, karena suaminya harus lebih bekerja keras
untuk memenuhi biaya pengobatan bagi dua malaikat kecilnya.
Kebahagian muncul kembali ketika
saat Nisa berusia enam bulan, Khoiriyah dikabarkan hamil untuk ketiga kalinya.
Saat-saat hamil yang cukup berat untuk Khoiriyah karena ia harus merawat Dina
dan Nisa. Suaminya terpaksa sering pulang larut malam untuk mencari nafkah
lebih keras lagi. Seiring berjalannya waktu, anak ketiga pun lahir. Kali ini
yang terlahir ke dunia tersebut adalah seorang bayi laki-laki yang sangat
tampan dan memiliki senyum yang menyenangkan untuk dilihat. Fahri. Itulah nama
yang diberikan kepada bayi mungil tersebut. Lagi-lagi Khoiriyah dan suaminya
diuji oleh Allah SWT. Fahri divonis mengidap penyakit yang mirip dengan
kakaknya, Nisa. Khoiriyah sangat tabah menghadapi ini semua.
Ada satu hal yang hamper tidak bisa pergi dari
sisi Khoiriyah, yaitu air mata. Namun, Khoiriyah selalu membentengi diri dengan
prasangka yang baik kepada Allah SWT. Apalah artinya air mata jika dibandingan
dengan ridho Allah SWT. Tentu, ridho Allah SWT tidak dapat digantikan dengan
yang lain. Ketabahan Khoiriyah dan suaminya ternyata bertahan walaupun tiga
anaknya harus tergeletak sakit. Dina, Nisa, dan Fahri. Tiga malaikat kecil yang
diyakini oleh Khoiriyah dan suaminya sebagai titipan suci dari Allah SWT yang
harus dirawatnya dengan baik bagaimanapun keadaannya.
Ujian untuk Khoiriyah terus
bertambah. September 2001. Suami yang dicintainya dipanggil oleh Allah SWT.
Suaminya menderita penyakit yang tidak dikenalnya. Perutnya membuncit. Dokter
mengatakan bahwa suaminya menderita penyakit karena harus bekerja terlalu keras
untuk membiayai pengobatan anak-anaknya. Sungguh seorang ayah yang sangat
hebat. Khoiriyah hanya bisa terdiam dengan meninggalnya suami. Namun, ia harus
tegar. Masih ada Dina, Nisa, dan Fahri yang harus dipertahankan. Seringkali ia
termenung dan memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Khoiriyah mulai
membuka usaha jualan untuk merawat dan membiayai pengobatan anak-anaknya. Nasi
uduk, pisang goring, dan bakwan dijualnya. Sungguh perjuangan yang cukup berat
bagi seorang wanita seperti Khoiriyah. Namun, dengan melihat anak-anaknya,
Khoiriyah merasa bahwa yang ia perjuangkan belum ada apa-apanya. Suami yang
telah meninggalkannya telah menitipkan tiga malaikat kecil kepada Khoiriyah.
Tentu mereka adalah titipan Allah SWT yang harus dirawat dengan baik oleh
Khoiriyah.
Cobaan datang kembali. Tiga bulan
setelah meninggalnya sang suami, Fahri menyusul ayahnya. Allah SWT telah
mengambilnya dari Khoiriyah untuk selama-selamanya. Kesedihan pun menyelimuti
diri Khoiryah. Namun, ia sangat yakin bahwa Fahri hanyalah titipan dari Allah
SWT yang dapat diambil oleh-Nya kapanpun. Sisa kehidupan tetap dijalani oleh
Khoiriyah dengan penuh kesabaran dan prasangka baik kepada Allah SWT. Dia
sedang menaikkan derajat Khoiriyah di sisi-Nya dengan memberikan cobaan yang
bertubi-tubi. Ternyata Khoiriyah kuat.
Juni 2002. Itulah saat di mana
Khoiriyah mendapatkan ujian selanjutnya. Nisa sang anak perempuan tidak kuat
menahan penyakitnya. Allah SWT mengambilnya dari sisi Khoiriyah. Kesedihan
tentu menyelimuti Khoiriyah sebagai seorang ibu yang telah melahirkan Nisa.
Namun, keimanan yang tebal menolong Khoiriyah untuk tetap sabar. Prasangka baik
kepada Allah selalu tersirat di pikiran Khoiriyah. Sanak keluarga mengucapkan
bela sungkawa yang sebesar-besarnya untuk Khoiriyah. Mereka hendak mengucapkan
kalimat penghibur untuk Khoiriyah, namun kesedihan yang turut mereka rasakan
membuat mulut mereka pilu. Mereka belajar sangat banyak dari ketabahan dan
kesabaran Khoiriyah.
Sungguh pahala yang diberikan
oleh Allah SWT kepada hambanya sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan yang
berhasil dilalui oleh hamba-Nya. Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya karena
Dia sangat menyayangi hamba-Nya itu. Jika sang hamba bersabar dalam ujian dan
cobaan tersebut, tentu Allah SWT akan menaikkan derajatnya di sisi-Nya.
Sebaliknya, jika ia tidak bersabar dalam ujian, Allah SWT akan murka kepadanya.
Khoiriyah memilih untuk bersabar.
Dua hari setelah kematian Nisa, ujian kembali datang. Tenda kedukaan belum
dibongkar dari rumahnya, namun Allah SWT mengambil Dina dari Khoiriyah. Ya,
Dina meninggal dunia tepat dua hari setelah meninggalnya Nisa. Sungguh, jika
Khoiriyah tidak memiliki keimanan yang kuat, ia akan merasa lemah dan lemas
dengan cobaan yang bertubi-tubi ini. Namun, Khoiriyah terus tabah dan sabar.
Prasangka baik kepada Allah-lah yang selalu menjadi kekuatan baginya. Kini
Khoiriyah hanya bisa berdoa agar suami dan ketiga anaknya ditempatkan di
sisi-Nya yang terbaik. Khoiriyah yakin bahwa mereka akan menjadi penghuni
surga. Aamiin.
Segala sesuatu berasal
dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Allah tidak akan menguji suatu kaum
melebihi kesanggupannya. Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan
cobaan.
Allah memberikan ujian
dan cobaan kepada hamba-Nya karena Dia sangat menyayangi hamba-Nya itu.